Date Posted: 12:21:08 08/27/06 Sun

In reply to: Kera Sakti 's message, "Ramalan masa depan.... (4)" on 10:55:43 08/23/06 Wed

bagus skenarionya,

saya juga punya, baru belajar bikin:

begini, mula mula Ada Guru yang baik, mengajarkan suatu ilmu, tujuan untuk menolong manusia.

Mula mula muridnya sedikit, belajar dengan benar dan murni untuk memperbaiki diri.

Apa yang diajarkan gurunya adalah inti, sederhana dan mudah untuk dimengerti. Mengurangi beban pikiran, mengurangi beban kehidupan dalam kehidupan yang sudah ruwet ini.

Kemudian murid makin banyak, mulai bersaing.

Bersaing dengan sehat, saling mengerti, bertegur sapa, dan berteman, saling belajar, saling memacu. Siapa yang tidak mengerti diajari, yang belum tahu diberitahu.

Waktu demi waktu berjalan, murid makin banyak, kelompok makin punya nama dan power and kedudukkan di masyarakat.

Murid yang ikut makin beragam latar belakang alasan.

Tidak hanya ingin memajukan diri atau memperbaiki diri.

Tidak hanya ingin sehat dan mengurangi beban.

Terjadi kelas kelas dan kelompok kelompok dalam banyak murid murid yang ada, jika dulu kaya miskin bersatu, pandai kurang pandai berbaur, naik mobil dan naik becak bergaul. Saat itu mulai yang naik mobil malas bergabung dengan yang naik becak, yang naik becak segan sungkan bergaul dengan yang naik mobil. yang berdana lebih mudah untuk mengikuti kegiatan yang jauh jauh, sehingga yang kempes hanya bisa kulakan.

Muncul kelas Agen data, distributor data dan pengecer dan konsumen.

Secara sengaja atau tidak sengaja, masing masing kelas ke kelas bawahnya terjadi pergeseran data, dari kwalitas (kw) menjadi kw 2 menjadi kw 3 dan kw 4 yang diedarkan ke konsumen.

Ini terjadi di daerah yang Agen agennya terlalu banyak, tidak terjadi pada daerah yang jalur distribusinya tidak ruwet seperti itu.

Daerah 2 kota besar cenderung mempunyai jalur distribusi panjang sehingga gap antara kelas terbawah dan kelas tertinggi menjadi lebar.

Pada daerah klasik, Agen juga konsumen konsumen juga Agen, Transparansi terjaga, sehingga tidak ada gap, tetapi saling pengertian dan keguyuban terjaga.

(he he he, maap walau begitu ada juga kelemahannya yaitu maap, he he he, banyak yang agak nglunjak / ngelamak, he he he, tapi endak apa apa, biasa).

Nah cerita selanjutnya: kelompok makin berkembang, tidak saja mengurusi kemajuan rohani, tetapi memperhatikan kelangsungan hidup kelompok itu sendiri, muncul organisasi organisasi. kelompok juga makin terkenal, sehingga makin banyak kelompok lain tersaingi dan ingin menyaingi atau menjatuhkan (biarkan saja, enggak akan mandi / mempan).

Lalu muncul jabatan jabatan.

maka gap terus bertambah, dan banyak yang lupa diri (ini perlu diperhatikan).

Nah yang lupa diri ini menjadi orang yang gampang tersinggung, karena merasa kedudukannya sudah tinggi tidak mau dicela atau dikritik. Habis mau gimana yang kelompok terbawah mau mengkritik tidak berani, akhirnya cuman rasan rasan.

Rasan rasan menyebabkan timbulnya kelompok solideritas, maka kelas terbawah muncul kelompok kelompok pula dengan seseorang yang biasanya lebih pandai menjadi pimpinan unformal yang secara tidak langsung berfungsi menyalurkan pendapat dari kelompoknya.

Keluh kesah disuarakan, tetapi sering tidak dapat diterima kelas teratas, maka (mohon tidak mudah untuk di cap pengkhianat sampai tahap ini) bisa timbul perbedaan pendapat atau keinginan.

Nah kemudian salahnya sering pendapat dari kelompok kelompok pinggiran ini sama sekali tidak terdengar sampai atas, sehingga mereka merasa tidak puas, dan mencari penyaluran.

Penyaluran ini dapat baik dapat tidak baik. Dapat benar dapat salah.

Yang salah adalah yang dicap pengkhianat (itu baru benar), jika dia beralih aliran dan memusuhi aliran atau kelompok sebelumnya, dan berbuat sesuatu yang merugikan aliran dan kelompok sebelumnya.(saya setuju pendapat judge dlm hal ini).

Yang tidak salah memilih pokoke latihan dirumah dan acuh terhadap perkembangan kelompok sesudahnya.

Yang endak tahu kategorinya (salah atau tidak saya tidak tahu) adalah mencari pemuasan dengan belajar dari lain aliran yang dapat memenuhi kebutuhannya untuk maju), tetapi tidak memusuhi kelompok sebelumnya dan tidak berbuat sesuatu yang merugikan kelompoknya.

YANG PALING BENAR ADALAH YANG BERANI BERJUANG MEMOTONG JALUR DISTRIBUSI DENGAN MENGHILANGKAN RASA MINDER DAN TIDAK PERCAYA DIRI, MENCARI GURU YANG BAIK ITU UNTUK BELAJAR LANGSUNG DARI BELIAU, TOH BELIAU WALAU SUDAH BANYAK MURIDNYA TIDAK JADI SOMBONG, DAN TETAP MAU MENGAJARI YANG PEMULA DENGAN TANGAN TERBUKA, SEHINGGA AJARAN YANG DIPEROLEH TIDAK BIAS DARI A MENJADI O MENJADI U MENJADI E MENJADI I. KEMUDIAN PAKAILAH ILMU YANG DIDAPAT UNTUK MEMPERBAIKI DIRI DAN JANGAN SOMBONG LALU MENDAFTARKAN DIRI MENJADI AGEN ATAU DISTRIBUTOR LAGI MENGIKUTI JEJAK YANG SUDAH SUDAH, AGAR TIDAK MENJADI RUWET.

JIKA PUNYA TEMAN YA AJAKLAH LANGSUNG MAIN KE GURU YANG BAIK, BERSAMA SAMA MENIMBA ILMU.

tetapi jika waktu berlalu, murid yang langsung datang ke Guru yang baik makin banyak. Guru semakin kewalahan.

MAKA SAAT ITU DIHARAPKAN ADA PENGGANTI YANG BAIK SEPERTI GURU YANG BAIK ITU, yang memasarkan ajarannya tidak melewati banyak jalur distribusi yang menjadikannya semakin ruwet.

Temuilah FLOOR, ajaklah dialog langsung, karena dengan demikian kebijaksanaan dan ketentraman dan kelangsungan kelompok akan berjalan dengan baik.

Hindari sifat eksklusif.

Naskah cerita selesai, mohon produser KS menyeleksi.

Xie 2

Flashlight