Date Posted: 21:59:58 01/29/08 Tue

Ciattttttt.......

he he he......

obelix dan kawan2..... kalau sudah kayu lapuk, mana bisa diukir lagi ???

Jadi mending kita ngobrol lainnya aja deh....

capekkk dehhh... he he he.....

Mending coba diskusi tentang hubungan Siutao dengan istilah Kayu lapuk tidak bisa diukir.... kenapa bisa begitu ???

ciatttttt....

KS

Date Posted: 09:12:02 01/30/08 Wed

In reply to: Kera Sakti 's message, "Kayu lapuk tidak bisa diukir !!" on 21:59:58 01/29/08 Tue

Hello KS....

Iya juga yah... kayu lapuk memang tidak bisa diukir.

Ini pepatah Tao kuno kan ?

Berarti sejak jaman dulu memang selalu saja ada kayu lapuk.

Kayu lapuk, jika kena sedikit tekanan bisa hancur.

Padahal SiuTao penuh dengan gemblengan yang kadang menekan diri.

Otomatis kayu yg lapuk ya sulit untuk bisa dikembangkan lewat gemblengan Siutao.

Kalau kita amati kondisi orang2 yang tampak 'mbundeli'.

Dari segi kecerdasan mestinya cukup.

Dari segi hati juga tidak jahat.

Jadi sebenarnya apanya yg 'lapuk' ?

Kenapa mereka sepertinya sulit untuk bisa mendapatkan konsep pemahaman yg utuh ?

Seperti kesulitan menggabungkan belalai, telinga, kaki, kepala, tubuh dan ekor menjadi 1 bentuk yg berbeda / gajah.

Harus bisa memahami melampaui kata-kata dan logika.

Salam Tao,

Obelix

Date Posted: 14:05:22 01/30/08 Wed

In reply to: Kera Sakti 's message, "Kayu lapuk tidak bisa diukir !!" on 21:59:58 01/29/08 Tue

Salam,

Kayu Lapuk Tidak Bisa Diukir.

Kalimat ini benar sekali.

Memang ada orang2 tertentu, bisa diibaratkan seperti Kayu Lapuk, tidak bisa diperbaiki, tidak mau memperbaiki.

Apakah disebabkan oleh kecerdasan otaknya ? ya, kadang2.

Apakah disebabkan oleh kondisi fisiknya ? ya, kadang2.

Apakah disebabkan oleh nuraninya ? ya, selalu.

Salam,

Conan.

Date Posted: 17:49:17 01/30/08 Wed

In reply to: Kera Sakti 's message, "Kayu lapuk tidak bisa diukir !!" on 21:59:58 01/29/08 Tue

P’u: Kayu yang Belum Diukir

Sejenak bayangkan anda seorang tukang kayu yang berhasil. Anda memandang sebatang kayu yang belum diukir dengan penuh cinta, karena Anda tahu kayu itu adalah potensi yang belum digarap. Sebagai materi yang belum digarap, kayu itu dapat menjadi apapun - kemungkinannya tidak terbatas. Tidak seorangpun dapat memberinya nama, karena memang belum menjadi sesuatu kecuali yang ada pada keadaan alaminya, keadaan yang belum tersentuh, sangat serupa dengan Tao.

Kaum Taoist percaya bahwa jika kita dapat kembali ke keadaan yang serupa dengan kayu yang belum diukir itu, p’u, kita menemukan Tao.

Orang bijak mencoba menjadi seperti kayu yang belum diukir, terbuka pada potensi, tanpa menjadi terbatas pada satu definisi.

Dalam keadaan sebagai materi kasar itulah justru kayu P’u itu dipenuhi potensi.

Jika kita berusaha membimbing tindakan kita semata-mata dengan standar eksternal, yakni suatu kriteria dari luar situasi yang kita geluti, berarti kita gagal. Standar eksternal harus diindividualkan untuk dapat diterapkan. Mulailah dengan terlebih dahulu menyimak situasi pribadi Anda sendiri. Dari sini, renungkanlah Tao dari berbagai situasi secara umum untuk menemukan wahyu yang membimbing. Situasi individual adalah ekspresi hidup dari Tao yang lebih agung.

Kayu yang belum diukir mengarah pada kebijaksanaan. Tao pada masing-masingnya sama dengan yang ada pada semuanya. Karena itu, seseorang dapat meluaskan hidup dan kapasitasnya melalui keluarga, komunitas, negara dan dunia. Untuk kembali pada diri Anda yang sejati, bantulah sesama dan keluarga agar menyadari dan hidup dalam Tao. Dengan demikian, kebijaksanaan agung dan pertimbangan yang baik pun dapat ditemukan dan diekspresikan.