Manajemen Keluarga
Keluarga Sebagai Basis Manajemen Sosial - 1
(Disebarluaskan di lingkungan perpustakaan FEDUs, dalam rangka Hari Keluarga Nasional IX, 29 Juni 2004)
Author : Nuraini (Ketua Harian FEDUs)

Home Sweet Home

Kita bersyukur apabila kita merasa "nyaman" tidur di rumah dari pada di hotel sendirian, atau anak-anak kita cepat-cepat minta pulang setelah 3 hari tidur di rumah orang lain. Sebaliknya kita patut bersedih dan mengoreksi diri jika kita mulai tidak nyaman di rumah, atau anak-anak kita lebih senang main di rumah orang lain.

Untuk hal yang kedua, sudah saatnya kita membenahi dan bertanya, "Ada Apa Dengan Rumah (keluarga) kita" (AADR bukan AADC).
Namun untuk hal yang pertama, perlu kita pelihara kondisi itu untuk selamanya agar rumah kita tetap sebagai "home sweet home" bagi semua anggota keluarga kita dan bahkan untuk orang lain.
Di dalam rumah seperti ini keharmonisan sudah tumbuh, komunikasi antar keluarga sedah terbentuk, anak akan curhat pada ibunya atau kakaknya. Bapak punya rejeki dari kantornya pingin cepet-cepet membuat rencana yang indah dengan keluarganya. Di hari minggu ibu ingin sekali membuat menu istimewa untuk putrinya yang sedang berulang tahun.
Semoga gambaran diatas membuat kita sepakat dengan "home sweet home", yaitu keluarga sebagai tempat yang paling "nyaman" untuk dijadikan membangun rencana, tempat anak-anak curhat pada orang tuanya, tempat bapak pertama kali membawa kabar gembira kenaikan pangkatnya, tempat ibu pertama kali mencoba resep baru.
Mari kita wujudkan "home sweet home" di rumah kita.

Keluarga harus di-manage (dikelola)
Keluarga seperti diatas tidak dengan sendirinya terbentuk. Untuk itu keluarga kita perlu dikelola. Tapi keluarga kita sudah berumur 5 tahun…10 tahun…. atau bahkan 15 tahun. Terlambat dong!… Tidak ada kata terlambat. Pertama yang ingin FEDUs sampaikan bahwa keluarga kita perlu dikelola. Seperti mengelola perusahaan. Mengapa ?. Karena keluarga kita adalah perusahaan kita yang pertama, jika tidak kita kelola investasi yang kita tanam tidak akan membuahkan keuntungan untuk kita dan anak-anak kita.
Mungkin dari kita ada yang bertanya, kok keluarga disamakan dengan perusahaan, terus ada investasi lagi. Betul…….pola pikir kita hendaknya dirubah bahwa keluarga kita ini bukanlah suatu lingkungan yang sudah ditakdirkan ada dan rejeki mesti ada dan diturunkan oleh Allah SWT tanpa kita kelola. Kalau itu yang menjadi anggapan kita, mungkin perlu kita kenali kalimat Allah "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…." dan "sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya" (Al-Qur'an).
Lalu apa yang dimaksud dengan investasi yang telah kita keluarkan. Menyekolahkan anak di sekolah formal, sekolah informal, TPA, segala permainan dan kepandaian yang kita berikan pada anak kita dan istri/suami kita, itulah investasi kita. Memang itu kewajiban kita. Namun jadikan kewajiban yang berkah untuk masa depan kita, anak kita nantinya dan menjadi rohmatan lil'alamin. Cita-cita yang sangat diharapkan dari Allah SWT.
Jadi…. bagaimana dengan perusahaan kita, keluarga kita?…..

FEDUs akan berbagi informasi semoga bermanfaat. Sebagian kita sudah kenal dengan manajemen (pengelolaan). Mengelola atau me-manage keluarga perlu juga memperhatikan aspek-aspek menajemen. Yaitu ada perencanaan, operasional, organisasi, koordinasi, pengendalian & pengawasan, penganggaran.

Itu teori manajemen….benar. Bukankah ilmu Allah itu untuk makhuknya dibumi ini tanpa terkecuali.

Mari kita kupas sedikit

Perencanaan
Masa depan keluarga tergantung pada bagaimana kita merencanakan. Dalam penerapan ilmu menejemen, nabi telah mengajarkan melalui haditsnya: "barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia tergolong orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka ia tergolong orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia tergolong orang terlaknat".
FEDUs mengutip artikel dari tabloid MQ (rubrik keluarga sakinah). Dalam artikel yang berjudul "merancang masa depan keluarga", ada beberapa langkah untuk merancang masa depan. Yaitu: pertama mengenal gambaran masa depan. Kedua, mengenal dan memahami keadaan diri sendiri. Ketiga, menjabarkan beberapa alternatif tindakan. Keempat, mengkaji tiap alternatif yang telah dijabarkan. Kelima, mengadakan persiapan. Sepertinya langkah-langkah ini perlu kita teladani. Karena kita tidak ingin keluarga kita terjerumus pada kondisi yang tidak diinginkan, dikarenakan arus lingkungan yang negatif. Dengan perencanaan yang matang, masa depan keluarga yang lebih baik Insya Allah akan terwujud. Namun ada hal lain yang tak kalah pentingnya, yaitu bagaimana mewujudkan perencanaan itu dalam tindakan nyata.

Operasional
Untuk merealisasikan perencanaan yang ada, perlu adanya tindakan yang nyata. Pekerjaan yang sulit adalah memulai sesuatu. Namun jika kita mau memulai Insya Allah kesulitan dalam melaksanakan apa yang kita rencanakan akan menemui jalan. Tidak ada yang lebih jelek dari pekerjaan yang tidak diselesaikan kecuali pekerjaan yang tidak pernah dimulai.

Organisasi
Anggota keluarga yang paling ideal adalah adanya bapak, ibu, dan anak. Jika ternyata dalam keluarga terdapat kakek/nenek atau tante harus kita masukkan sebagai anggota keluarga. Anggota keluarga adalah unsur organisasi yang masing-masing mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri. Sudah saatnya anak bukan lagi obyek dalam keluarga dan orang tua sebagai subyek dan bertindak otoriter. Karena keluarga kita dibangun untuk kehidupan yang panjang. Anak-anak kita hidup di masa yang berbeda dengan kehidupan kita (Al-Hadits). Munculkan peran setiap anggota keluarga yang sinergis (saling bekerja sama dan tergantung) agar kebaikan dan kemajuan keluarga menjadi cita-cita bersama dan hasilnya dirasakan bersama.

Bersambung..............



home / selanjutnya