SILSILAH KELUARGA

Silsilah dari pihak mami

Pada suatu hari ditahun 1880 an di tanah Jawa, seorang laki tionghoa bernama Khouw Khe Tong menikah dengan seorang wanita peranakan tionghoa dgn nama Tan Enggal. Mereka tinggal di satu rumah di kompleks Pasar Esuk [= Pasar Pagi], di kota kelahiran kami semua . Anda tahu dimana, bukan ? Istilah peranakan itu menunjukkan percampuran darah dengan pihak suku Jawa. Pada waktu itu, wanita peranakan tionghoa tidak memakai rok, melainkan sarung. Sarung yang dipakai oleh wanita peranakan tionghoa memang tidak persis sama dengan sarung yang dipakai oleh wanita pribumi Jawa. Hal ini mungkin sedikit banyak menunjukkan perbedaan kultur, mungkin perbedaan kelas atau perbedaan jumlah materi / kekayaan.

Untuk bertahan hidup, mereka berjualan jamu [seperti jamu Air Mancur, jamu Ny.Khouw Tjie To/Ny. Tjipto, dan jamu2 lain ]. Saya tidak mengenal kongco Khouw Khe Tong, karena pada waktu saya kecil, kongco sudah meninggal dan poco Tan Enggal sendiri sudah berumur 70 tahunan [?]

Mereka mempunyai enam anak perempuan dan dua laki :

  1. Khouw Ie See atau Kho Ie See [ibu dari mami]
  2. Kho Ie Sie [toko Han], nama anaknya Tjia Swan Tjiauw yg menikah dengan Liem Poo Hwa, anak yangsatu lagi dari Kho Ie Sie adalah Tjia Swan Liang yang menikah dengan Liem Poo Swan namanya, Tjia Swan Liang mengelola perusahaan tehwangi . Salah satu produk yg dapat diingat dan sudah memasuki pasaran Jakarta adalah teh/tehwangi merek teh Poci.
  3. Kho Ie Sel [toko Ada].
  4. Kho Ie Swan [menikah dengan tiokong Tjia Eng Lam] anak2nya bernama [ie-ie] Lie [Gudang Garam], [ie-ie] Hwat, tinggal di pojok Pasar Sore, Tjia Tiang Pao, apoteker lulusan negeri Jerman, mencari nafkah dgn membuka apotik di Bandung, dan Tjia Tiang Hun, anak laki bungsu yang mengelola pompa bensin dan olie2]
  5. Kho Ie Gwat [menikah dengan tiokong Tan Pie Ho] Mempunyai anak2 laki Tan Yan Kong, Tan Yan Wie dan Tan Yan Djin, dan anak2 perempuan nama Tan Siok Kwan dan lupa.
  6. Kho Ie Kiok [menikah dengan tiokong Men Hi] toko Ada. Join dengan Kho Ie Sel. Mempunyai anak2 Tjoe Seng, Kian Seng, O-A.
  7. Khouw Soen Yoe [laki2, meninggal muda, umur 20 th]
  8. Khouw Soen Bo, laki2, tinggal di Pekalongan. Tidak banyak diketahui karena tinggal berjauhan [di Pekalongan] dan tidak banyak tahu, kurang berhubungan. Khouw Soen Bo hidup dalam kemiskinan. Pernah suatu hari Khouw Soen Bo, mungkin karena beliau terlalu cerewet dsb., menantu dari Khouw Soen Bo memasukkan gagang sapu kedalam mulutnya untuk menyumbat mulut Khouw Soen Bo. Mami Liem Sin Hwa kadang berkunjung pada paman Khouw Soen Bo dan memberi perhatian padanya dengan menggunting kukunya atau melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati pamannya tersebut.

Kho Ie See

Kho Ie See adalah anak perempuan tertua dari perkawinan Khouw Khe Tong dan Tan Enggal. Kho Ie See adalah seorang wanita yang cerdas sekali. Tipe pekerja keras. Masa mudanya tidak saya ketahui. Beliau menikah dengan engkong Liem Hay Go, pria kelahiran Amoy, Daratan Tiongkok. Mereka hidup rukun pada masa mudanya. Pada masa tuanya, ema Kho Ie See marah pada engkong Liem Hay Go untuk beberapa alasan, diantaranya karena engkong Liem Hay Go tidak pernah boros dengan air. Maksudnya, air bekas kumur mulut / sikat gigi di satu gelas masih di pakai untuk cuci muka, hal ini mungkin karena masa muda yang amat sulit di Tiongkok daratan, atau air yang amat sulit didapat, sehingga engkong pergi berlayar dari Amoy ke Pulau Jawa untuk memperbaiki tingkat kehidupannya . Pada waktu itu, air di rumah tempat tinggalnya didepan pegadaian sangat mudah diperoleh berkat pompa air listrik Sanyo buatan Jepang. [Catatan : menurut papi, papi beli pompa air Sanyo itu untuk mempermudah mereka memperoleh air dari sumur mereka. Kelihatannya papi juga gandrung dengan teknologi baru, yaitu teknologi pada saat itu. Saya masih ingat bahwa saya pernah menimba air di sumur yg sangat lebar di rumah engkong Liem Hay Go]. Engkong Liem Hay Go tidak pernah bisa meninggalkan kebiasaannya untuk cuci muka dengan air kran / air ledeng. Engkong Liem Hay Go berkeras untuk menggunakan air kumur mulutnya untuk cuci muka. Apapun yang terjadi. Mungkin ini satu sikap masa bodoh / tak perduli. Atau sikap pasrah. Atau satu kebodohan, atau kombinasi kekerasan hati dengan keinginan untuk memberontak terhadap dominasi si isteri ? Semasa hidupnya, ema Ie See, bekerja macam2, yg saya tahu diantaranya adalah pompa bensin, toko batik, agen rokok dll. Pompa bensin itu terletak di Jl. Diponegoro sekarang, dan pemompaan bensin dengan tangan. Seperti kita memompa dragon, pompa sumur, jika listrik mati. Pompa bensin itu sekarang sudah tiada bekasnya.

Di masa tuanya, ema Pak, demikian panggilannya, senang breien, yaitu merajut sambil nginang. Ema Pak senang duduk merajut sambil mendengar anak menantunya bercerita tentang pekerjaan atau kehidupannya atau pamer kesuksesannya, atau seringnya membantu menguraikan masalah pelik dalam kehidupan pribadi atau dalam berdagang.

Ema Kho Ie See, dikenal sebagai ema Pak,sebab beliau tinggal di depan Pegadaian ; ema mempunyai banyak anak. Saya tuliskan nama anak2 dari Engkong Liem Hay Go dan Ema Kho Ie See :

  1. Liem Sin Hwa alias Coba Liem, mami dari kami semua. Mami lahir tgl 21 Maret 1922. Menikah dengan papi Souw Eng Kin, papi dari kami semua. Papi dan mami dilahirkan pada tahun yang sama : 1922 . Papi dilahirkan tgl 17 Oktober 1922. Jadi tahun 1999 umur mami adalah 77 tahun. Umur papi sama. Atau mami lebih tua beberapa bulan dari papi. Papi dan mami pernah sekolah di kelas yang sama pada waktu SD [HIS]. Papi sudah kenal dengan mami waktu kecil, mereka hidup di satu kota kecil pada umur / angkatan yang sama. Setelah menyelesaikan tingkat SD [HIS] nya, mami meneruskan ke kweekschool [?], yaitu sekolah kepandaian putri. Sekolah puteri itu meliputi masak memasak, jahit menjahit dan berbagai keperluan rumah tangga lainnya. Sedang papi meneruskan ke Mulo [SMP] dan kemudian HIK/ setingkat SMA. HIK adalah istilah papi, sebenarnya adalah sekolah guru chinese. Jadi sebenarnya papi masuk sekolah HCK. [C = chinese]. Papi bilang papi lulus HIK walau tidak pernah punya ijazah HIK tersebut. Hal itu karena pada periode itu tahun 1942-1945 papi duduk di kelas tiga HIK dan terjadilah perang dunia ke dua. Jepang menduduki Indonesia dan pulau Jawa sehingga sistem sekolah yang ada menjadi berantakan. Sebagian besar guru2 itu tentunya adalah orang Belanda. Tentara pendudukan Jepang bertindak sangat kejam. Banyak orang yang ketakutan. Sebagian orang Belanda dimasukkan dalam tahanan [disebut di-internir] dan mereka kekurangan makan. Banyak bahan makanan dikirim ke konsentrasi pasukan2 Jepang diseluruh daerah perangnya di Asia Pasifik dan ini mengakibatkan kelaparan yang hebat di tanah Jawa. Disamping kelaparan, penduduk juga kekurangan bahan pakaian. Sebagian penduduk kelompok miskin tidak mampu membeli bahan pakaian. Mereka menggunakan karung goni [karung beras] sebagai bahan pakaian sehari-hari. Kelaparan yang amat sangat di seluruh pelosok negeri tidak menyebabkan keamanan menurun. Tentara pendudukan Jepang menerapkan hukuman keras. Potong jari. Siapa yang terbukti mencuri akan dipotong jarinya di depan umum. Jika tangan kanan yg mencuri, jari tangan kanan di putus dengan pedang samurai. Pelaksanaan potong jari ini amat ditakuti oleh seluruh penduduk tanah Jawa. Sehingga walau mereka kelaparan, keadaan tetap aman dan tidak ada pencurian. Barang pribadi seperti sepeda atau barang lain yang tertinggal di luar rumah tidak akan hilang. Pada keadaan seperti itu, karena seorang kakak papi sudah waktunya untuk menikah, maka engkong Souw Sin Yam [dikenal sebagai engkong Pasar Sore] datang ke rumah engkong Liem Hay Go & ema Kho Ie See untuk melamar mami. Tetapi karena mami kenal pada papi dan mungkin mami juga suka pada papi, maka mami memberi isyarat pada mamahnya bahwa mami "hanya" mau menikah dengan papi. Engkong Pasar Sore tahu mami adalah anak dari orang yang genah [=benar] , baik, sudah cukup umur dan tidak miskin, merasa sayang untuk kehilangan kesempatan itu, maka engkong Pasar Sore meminta papi untuk menikah dengan mami. Maka dari itu papi menikah duluan dan melangkahi kakaknya. Untuk penolak bala, sebagai syarat, pada hari perkawinan, mami memberi pisau pada kakak2 papi supaya tidak terjadi hal2 yang tidak diinginkan. Faktanya, kakak papi : Oom Frank Souw yang sekarang tinggal di San Francisco, California, tidak menikah hingga sekarang. Kejadian tidak menikahnya oom Frank itu menghantui papi sehingga anak2nya diatur dan diusahakan agar tidak ada satu pun yang dilangkahi oleh adiknya dalam perkawinan. Papi mami menikah tgl 31 Mei di tahun 1944 [Jaman pendudukan Jepang]. Setahun kemudian, tgl 3 Juni 1945 lahirlah anak pertama : Souw Tjhioe Lan. Anak pertama ini adalah juga cucu pertama bagi ema Kho Ie See, karena mami adalah anak sulung dari ema Kho Ie See . Ema Kho Ie See sangatlah sayang pada Souw Tjhioe Lan , si cucu pertama ini. Perlakuannya istimewa, seperti halnya pada anak kesayangan, mungkin perlakuannya lebih sayang dari pada perlakuan pada anak kesayangan. Papi adalah anak ke lima dari engkong Souw Sin Yam dan Ema The Kiam Nio. Engkong Souw Sin Yam, anak dari kongco Souw Twan Soen pengusaha arak yg tinggal di Slawi dan kaya raya. Ibu dari engkong Souw Sin Yam yaitu poco Oey Boe Nio. Malangnya engkong Souw Sin Yam, yang mempunyai perusahaan penyewaan kendaraan menjadi jatuh miskin setelah beranjak tua. Maka, seusai perkawinan, papi tidak mendapat uang modal kerja dari ayahnya sendiri. Uang modal kerja itu didapat dari ema Kho Ie See. Ema Kho Ie See mempunyai kewibawaan dan pengaruh yang sangat dominan pada semua anak dan menantunya. Ema Kho Ie See yang sangat pintar mengelola pekerjaannya pada masa mudanya, dengan kecerdasan, ketajaman otaknya dan pula kekayaannya, tentu dapat mengatur seorang pemuda baru saja dari sekolah tingkatan SMA [guru]. Rasa sayang ema Kho Ie See pada cucu pertama Souw Tjhioe Lan ini tentu tidak dapat disalahkan. Siapa yang dapat mengukur persis rasa sayang yang pas ? Seseorang dapat memberi sayang yang terlalu sedikit atau malah berlebihan sayangnya. Peran dominan dari ema Kho Ie See pada cucu pertama Souw Tjhioe Lan tidak dapat di tolak oleh papi. Ema Kho Ie See mempunyai otak, kewibawaan, uang dan cara untuk menggolkan keinginannya. Semua. Papi dan mami lah yang kelimpungan. Papi mami masih harus bekerja mencari selisih antara pembelian dan penjualan, Mencari keuntungan. Uluran tangan dari seorang ema Kho Ie See tidak dapat ditolak. Dari si cucu pertama ini beranjak besar, hingga menjadi seorang mahasiswi dan bertunangan. Pesta pertunangan cucu pertama dari ema Kho Ie See pun dilakukan di rumah ema Kho Ie See dan dibiayai oleh ema Kho Ie See. Karena ema Kho Ie See ingin membahagiakan cucu pertamanya. Tentu papi mami membayar biaya ini itu sedikit banyak. Tetapi pestanya sendiri adalah pesta ema Kho Ie See. Jaman itu adalah jaman keemasan dari Souw Tjhioe Lan, karena ema Kho Ie See memberi dukungan moral dan material. Tetapi Papi mami mempunyai anak 11 orang. Sebenarnya ada dua lagi anak diluar 11 anak2 itu. Mereka meninggal waktu kecil : Souw Tek Lim dan Souw Tjhioe Sian. Souw Tek Lim, meninggal dalam umur dua tahun karena anaphilactic shock, adalah adik dari Souw Tek Gwan.[Anaphilactic shock adalah suatu bentuk reaksi alergi yg hebat dari tubuh . Pada waktu itu, tahun 1952, Souw Tek Gwan sakit flu. Papi sedang pergi ke Cilacap. Mami bersama ko Na Tin berdagang alat2 perikanan , semacam tali untuk perahu di laut yg dinamakan agel,kemudian dirajut menjadi jaring ikan, juga menjual dayung dan berbagai alat2 perikanan laut yg dilakukan di rumah tinggal papi mami . Enthio Tan Tie Tjwan yang membantu isterinya Souw Na Tin Nio berjualan agel. diminta memanggil dokter. Kebiasaan keluarga papi adalah berobat ke dokter Liem Swie Lam atau dokter Oey Tat Ie. Tapi mungkin karena tutup atau tidak biasa berhubungan dgn mereka, enthio Tan Tie Tjwan pergi ke dokter Sie Tik Ho. Dokter Sie Tik Ho datang dan menyuntik semua anak2 yang ada. Kakak Souw Tek Lim dalam keadaan sehat, dicari dan dipaksa untuk disuntik. Barangkali supaya tidak ketularan sakit, Kakak Souw Tek Lim sebenarnya tidak mau dan meronta-ronta, tapi akhirnya ikut disuntik juga. Rasanya, alat suntik di tahun 1952 adalah dari gelas kaca dan harus di sterilisasi tiap orang satu jarum suntikan. Pencucian entah jarum suntik atau tabung kaca tempat obat suntik itu tidak mungkin bisa bersih. Tidak mungkin bersih 100% . Sisa antibiotika penisilin yang ada pada entah jarum suntik atau tabung obat suntiknya mungkin menyebabkan reaksi alergi yg berlebihan dan kakak Souw Tek Lim meninggal dunia hanya beberapa jam setelah disuntik. Mungkin juga karena hal lain. Papi yang sedang dalam perjalanan menuju Cilacap merasa perasaan hati yang tidak enak. Sebelum tiba di Cilacap, papi memerintahkan supir mobil untuk putar haluan dan kembali ke kota dimana anak2nya berada. Papi datang di rumah pada saat keadaan kalut. Kami tidak pernah tahu persis. Papi dan mami sakit bertahun2 menderita sakit karena hal ini. Kakak Tek Lim meninggal pada umur dua tahun. Sedang lucu-lucunya. Hingga sekarang, hari inipun, papi selalu berdoa untuk arwah kakak Souw Tek Lim . Tiap sembahyang pagi dan sembahyang malam papi berdoa untuk anaknya yang telah meninggal dunia. Tapi papi tidak pernah, tidak pernah menganalisa sebab2nya. Barangkali terlalu menyakitkannya.Papi mami menggambarkan kakak Souw Tek Lim sebagai anak mereka yang paling tampan, berhidung mancung dan menyenangkan. Souw Tjhioe Sian, yang meninggal dalam usia 1 bulan adalah adik Souw Tek Sim. Saya menuliskan ini sekarang dalam keadaan menangis. Air mata saya berlinang, sebagian menetes ke hidung dan mulut saya. Membayangkan apa yang telah dialami oleh papi dan mami. Semua itu begitu menyakitkan. Saya sedih membayangkan apa yang telah terjadi pada papi dan mami. Kadang saya takjub akan kekuatan papi dan mami. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan setelah mengalami semua hal2 yang terjadi, baik yang saya tuliskan maupun kejadian lain yang tidak dapat saya tuliskan disini ? Disamping itu, anak2 papi mami yg sebelas lainnya ini perlu atau tidak perlu dituliskan ya ? Paling sedikit nama tionghoa kami dapat dituliskan disini : Souw Tjhioe Lan. Souw Tjhioe Hiang. Souw Tek Gwan. Souw Tek Sim.Souw Tjhioe Ing. Souw Tjhioe Lian [Ivonne], Souw Tek Beng, Souw Tjhioe Hong, Souw Tek Siang, Souw Tjhioe Lioe dan Souw Tek To. Papi ingin semua anak2 nya menjadi orang. Papi ingin mengatur semua itu. Papi mengatur anak perempuan pertamanya untuk bisa sukses sehingga bisa menjadi panutan bagi adik2nya. Papi berpendapat bahwa seorang kakak tertua yang berhasil akan dengan mudah ditiru oleh adik2nya sehingga semua anak2 papi mami akan berhasil dalam hidupnya. Dengan sekuat tenaga, papi mendorong anak pertamanya untuk berhasil menjadi orang. Apapun dilakukan untuk membuat anak pertama itu berhasil. Papi memberi semuanya, harta, saran & seluruh kepandaiannya agar anak pertama itu berhasil. Papi mengajarkan taktik2nya. Kelihatannya berhasil. Penampilannya berhasil. Tetapi, ada sesuatu. Yakinlah bahwa keberhasilan itu tidak dapat dikarbit. Keberhasilan itu tidak dapat dibuat oleh satu orang untuk orang lain. Keberhasilan itu adalah buah dari usaha seseorang itu semata-mata. Orang lain dapat membantunya. Tapi tanpa kelengkapan syarat2 tidaklah mungkin seseorang berhasil. Seseorang tidak dapat berhasil tanpa tekad membaja untuk berhasil. Misal : Sukses tak dapat dicapai tanpa usaha sungguh2 dan kerja keras. Dan mereka tidaklah kerja keras. Kelihatannya kerja keras. Tapi tidak. Tidak. Saya tahu mereka tidak kerja sungguh2. Si suami tidak kerja keras. Saya melihatnya. Kehidupan mereka tidak diisi dengan kerja keras secara cerdas. Seperti sebuah bangunan tanpa fondasi cukup, bagaimana mungkin kita membuat bangunan bertingkat 11 ? Bagaimana mungkin seseorang hanya mengisi kehidupan dengan main2 saja dan setelah itu diharapkan sukses ? Bagaimana mungkin kita dapat bertahan dalam hidup jika kita tidak belajar lagi ? Ilmu yg diperoleh selama pendidikan formal itu tidak akan pernah cukup untuk menopang kehidupan yang sukses. Sebenarnya, setiap orang itu selalu belajar juga, namun apa yg dipelajari oleh satu orang amat banyak dan orang lain praktis belajar ilmu main-main, atau ilmu tertawa saja. Kehidupan berjalan terus dan kita dituntut untuk menambah ilmu kehidupan. Harta [dalam bentuk uang] harus ditopang oleh harta lain [dalam bentuk pengetahuan, kecerdasan, pengalaman dll]. Maka mereka tidak dapat bertahan. Mereka runtuh. Dan membawa ekses pada kehidupan adik2nya hingga kini. Hingga kini.
  2. Liem Siok Bwee, menikah dengan Tan Kian Boen. Punya 4 anak. Tan Keng Han, Tan Liang Giok, Tan Keng Tjiok, Tan Liang Heng.
  1. Liem Yoe Kiem, menikah dengan Kho Gin Yang. Punya 5 anak. Kho Swie Lan, Kho Swie Liong, Kho Swie Hoo, Kho Swie Hien, Kho Enny.
  2. Liem Yoe Twan, menikah dengan engkim Yuliana. Punya 6-7 anak. Liem Hoey Eng, Liem Tjoen Hok, Liem Hoey An, Liem Tjoen Swie, Liem Tjun Gwan dan Noni.
  1. Liem Yoe Sin, menikah dengan engkim Lin . Punya 3 anak. Liem Tjoe Hoey, Liem Hoey Tjioe dan Liem Tjoen Siong.
  2. Liem Siok Lie, menikah dengan Oey Heng Kie. Punya 3 anak. Boetje, Yongdji dan Boe Tjiat.
  3. Liem Siok Kwa, menikah dengan Liem Kiem Sioe. Punya 3 anak. Liem Tjay Kian, Liem Tjay Tien dan Katrin.
  4. Liem Yoe Tjiang [oe Tjang di Portland, Oregon, USA] menikah dengan engkim Sally Oey Hong Lian. Anak pertama Yoke Liem meninggal karena leukemia. Punya 2 anak perempuan yg lain : Wieke dan Jeannie.