logneo.gif

4,35 Juta Warga Jabar Terancam Kelaparan

Mereka Ngamen untuk Rakyat Miskin

Seniman Manca Negara Ikut Bandung Peduli

"Bandung Peduli"
Mulai Bagikan Bingkisan

PMB Menggelar
"Aku Cinta Rakyat"

Pentas PMB Hasilkan Rp 576.400,00

Berita/Opini
Khusus

Donatur/Data Keuangan
Kliping

Pikiran Rakyat BANDUNG RAYA 11 Agustus 1998
4,35 Juta Warga Jabar Terancam Kelaparan

BANDUNG, (PR).- Sekitar 4,35 juta jiwa warga Jabar saat ini kesulitan memperoleh bahan makanan. Jumlah tersebut diperkirakan akan bertambah, sejalan dengan semakin berlarutnya krisis ekonomi. Mereka yang terancam kelaparan adalah penduduk yang pendapatan per kapitanya di bawah Rp 30.000,00/bulan.
Koordinator Umum LSM "Bandung Peduli" yang juga Kepala Balitbang Grup Pikiran Rakyat , Muhammad Ridlo 'Eisy, MBA, didampingi musisi Harry Roesli, Kania Roesli dan Roxanne Aisabella, mengatakan hal itu, Kamis malam (6/8) di hadapan pengusaha keturunan Tionghoa yang tergabung dalam "Kelompok Bakti Sosial Pengusaha" (KBSP), di Gedung BCA, Jl. Asia-Afrika Bandung.
Data-data kemiskinan yang diungkap Ridlo, merupakan hasil olahan dari buku yang diterbitkan Kantor Statistik Jabar. "Di antara orang-orang yang terancam kelaparan di Jabar, sebanyak 50.333 kondisinya cukup parah. Mereka di antaranya 10.430 orang tinggal di Kab. Bandung, dan 15.334 orang tinggal di Kabupaten Garut. Sedangkan di Kodya Bandung sendiri tahun 1998 sekarang ini terdapat sekitar 28.892 orang. Mereka yang terancam kelaparan adalah penduduk yang pendapatan perkapitanya di bawah Rp 15.000,00," katanya.
Atas dasar itu, Bandung Peduli bergerak menjalankan program sosial. LSM yang dibentuk Februari lalu, hingga 8 Agustus 1998 telah mengirimkan bantuan kepada orang-orang miskin sebanyak tujuh kali. Antara lain di Kec. Dayeuhkolot, Majalaya, Rancaekek, Cicalengka, Ciparay dan Cimahi.
"Bentuk bantuan yang diberikan antara lain berupa 21.220 kg beras, 2.030 kg gula, 558 liter minyak goreng, dan 1.605 ons ikan asin. Sedangkan bantuan yang akan segera dikirimkan ke daerah Paseh Kab. Bandung, hanya berupa beras. Karena keuangan yang kami miliki pun sangat sedikit, tidak sesuai lagi dengan naiknya harga-harga yang terus melambung tinggi. Jadi dalam pengiriman secara gratis kali ini tidak disertai dengan gula, mi instan atau ikan asin," paparnya.

Seniman & AMP wartawan
Dalam kesempatan yang sama, musisi Harry Roesli mengatakan, munculnya Bandung Peduli bermula dari keprihatinan sejumlah seniman dan wartawan Bandung, atas terjadinya krisis ekonomi dan krisis moneter sehingga membuat masyarakat kelaparan. Dana Bandung Peduli diperoleh dari berbagai donatur tidak mengikat, mahasiswa berbagai perguruan tinggi di Bandung, dan LSM lain yang kerap mencari data di lapangan. Di antaranya Yayasan Sidikara dan Akatiga Bandung.
"Uang yang kami dapat peroleh dari donatur, sepenuhnya kami salurkan kepada yang berhak. Sedangkan untuk biaya operasional sepenuhnya ditanggung oleh masing-masing anggota Bandung Peduli. Dana yang kami dapat untuk kegiatan tersebut, antara lain dari hasil ngamen," katanya.***

HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997


Pikiran Rakyat BERITA UTAMA 3 Agustus 1998
Diselenggarakan Rumah Musik Harry Roesli dan KPJ
Mereka Ngamen untuk Membantu Rakyat Miskin

3agst.gif MUSISI Doel Sumbang, Franki Sahilatua, Harry Roesli, dan beberapa pemusik lainnya dari anak-anak Kelompok Pemusik Jalanan (KPJ) Bandung, mengejutkan masyarakat kota Bandung yang tengah menikmati udara malam Minggu dengan pentas "dadakannya" di sepanjang Jalan Ir. H. Djuanda (Dago) dan sekitar Lapang Gasibu Bandung, Sabtu (1/8) malam kemarin. Acara ngamen yang diselenggarakan oleh Rumah Musik Harry Roesli bekerjasama dengan anak-anak KPJ itu bertujuan mengumpulkan sejumlah dana untuk dompet rakyat.* (DUDI SUGANDI/"PR")

MASYARAKAT Kota Bandung yang sedang menikmati udara malam sepanjang Jl. Dago dan di sekitar Lapang Gasibu, Sabtu malam (1/8) dikejutkan oleh penampilan musisi Doel Sumbang, Franki Sahilatua, Harry Roesli, Tiwi Sakhuhachi, Ully, Orkes Rindu Order, dan beberapa pemusik lainnya dari anak-anak KPJ Bandung Raya, yang ngamen dengan tujuan mengumpulkan sejumlah dana untuk dompet rakyat.
Acara ngamen yang diselenggarakan oleh Rumah Musik Harry Roesli bekerjasama dengan anak-anak Kelompok Pemusik Jalanan (KPJ) itu, dimulai pukul 21.00 WIB, di depan Hotel Holiday Inn. Sejumlah orang yang sedang menikmati jajanan secara lesehan di lokasi tersebut, tampak terkejut dan juga kegirangan menikmati lagu demi lagu yang dinyanyikan oleh Franki, Doel Sumbang, Ully, dan Orkes Rindu Order yang melantunkan lagu kroncong Jali-jali.
Dalam kesempatan itu, Franki antara lain menyanyikan lagu hitnya, Bis Kota dan Kepada Angin dan Burung-burung. Sedangkan Doel Sumbang antara lain menyanyikan lagu Bulan Pangandaran dan sejumlah lagu lainnya yang sarat dengan kritik sosial. Baik yang menyinggung masalah penggusuran, reformasi, kolusi, korupsi, maupun nepotisme.
Sebelum acara ngamen dimulai, dalam penjelasannya kepada publik, musisi Harry Roesli mengatakan, dirinya ngamen bersama Doel Sumbang, Franki Sahilatua, Ully, Orkes Rindu Order dan anak-anak KPJ, tiada lain bermaksud menghimpun sejumlah dana yang kelak disalurkan melalui "LSM Bandung Peduli" kepada sejumlah orang miskin dan rawan pangan di daerah Majalaya dan Gunung Halu.
LSM Bandung Peduli yang dikomandani Moh. Ridlo Eisy, Perdana Alamsyah, Kania Roesli dan Herry Dim itu, sejak beberapa bulan lalu memang telah menyalurkan lebih dari 100 ton beras, ribuan kilogram gula putih, ikan asin, minyak goreng, dan berbungkus-bungkus mie instan kepada beberapa penduduk yang dilanda banjir dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa kampung di Majalaya, Kab. Bandung.
Sebelum acara ngamen digelar, sekitar pukul 16.30 WIB, di Rumah Musik Harry Roesli ada seorang pemuda tanpa menyebutkan namanya, menyerahkan sumbangan uang senilai Rp 1 juta kepada Harry Roesli. Sedangkan Franki Sahilatua, sekitar pukul 18.30 WIB menyerahkan sejumlah uang dari hasil pengumpulan teman-temannya di Jakarta senilai Rp 1,95 juta. Jadi uang yang terkumpul sebelum acara ngamen, yang diterima oleh LSM Bandung Peduli sekitar Rp 2,95 juta. Uang tersebut langsung diterima oleh Kania Roesli sebagai bendahara LSM tersebut. Adapun yang bergerak ke lapangan mencari data-data untuk LSM itu, antara lain dibantu oleh Yayasan Sidikara, Akatiga, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung, juga para wartawan dari berbagai media massa dan seniman.

Tanggung jawab moral
Dalam percakapannya dengan "PR", Doel Sumbang dan Franki Sahilatua mengatakan, keduanya mendukung gagasan Harry Roesli ngamen di jalan, tiada lain karena mempunyai tanggung jawab moral, untuk bisa turutserta meringankan beban orang-orang miskin. Sekalipun apa yang dikerjakannya itu -- mungkin -- hanya bisa menolong mereka untuk sementara saja.
"Bagi saya ini untuk pertamakalinya -- saya melakukan ngamen di Indonesia, khususnya di Bandung. Insya Allah saya di Jakarta bersama teman-teman akan melakukan hal serupa. Terus terang kita tidak bisa berdiam diri dengan terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan seperti yang terjadi sekarang ini. Salah satu cara yang bisa saya lakukan, ya seperti ini," ujar Franki.
Adanya ajakan dari Harry Roesli yang tanpa harus mengeluarkan biaya (semisal penyelenggaraan mengeluarkan biaya untuk pertunjukan), kata Franki lebih lanjut, merupakan ajakan yang simpatik dan patut disambut oleh semua pihak. "Saya lakukan semua ini dengan ikhlas dan tanpa harus malu. Ini merupakan sikap kepedulian saya terhadap kemiskinan, terhadap krisis ekonomi dan krisis moneter yang kini secara terang-terangan telah melindas sebagian besar masyarakat Indonesia yang hidupnya sangat miskin itu," jelasnya.
Karena ikhlas itulah, maka Franki, Doel Sumbang, Harry Roesli, Orkes Rindu Order, Tiwi, Ully dan anak-anak KPJ dalam melakukan kerjanya sebagai pengamen tampak penuh dengan rasa keriangan dan kegembiraan. Tak jarang lagu-lagu yang bernada humor ala Sunda dari Doel Sumbang atau dari Harry Roesli kerap mendapat sambutan dari para menikmatnya. Bahkan ketika Franki melantunkan lagu Kemesraan, baik di beberapa lokasi di Jl. Dago maupun di Lapang Gasibu, kerap disambut masyarakat dengan menyanyikan lagu tersebut secara berbarengan. Ada juga di antara mereka yang joget sambil memasukkan uang ke lubang Kencleng Dompet Rakyat.
Menurut Doel Sumbang, apa yang terjadi pada malam itu, lepas dari acara ngamen, benar-benar merupakan sebuah acara yang menunjukkan suasana cukup hidup di Kota Bandung ketika malam tiba. "Jika hal ini dikondisikan dan dipelihara dengan baik, niscaya pada sisi-sisi tertentu akan mendatangkan keuntungan bagi Kota Bandung sendiri, yakni akan dikunjungi oleh turis-turis asing lebih banyak lagi. Julukan Bandung sebagai Paris van Java itu akan mendapatkan maknanya lagi yang lebih signifikan. Jadi, sebaiknya tahun budaya itu diisi oleh hal-hal yang demikian," katanya.
Menjawab pertanyaan, Doel Sumbang mengungkapkan, pihaknya mendukung gagasan Harry Roesli, karena apa yang dikerjakannya itu sangat realistik, tidak neko-neko. "Sepanjang apa yang bisa saya lakukan untuk gerakan amal ini, Insya Allah saya akan membantunya. Mudahan-mudahan acara ngamen ini bukan untuk yang pertama dan terakhir."
Sementara itu, Harry Roesli mengatakan, pihaknya selain terharu oleh sikap Doel Sumbang dan Franki, Orkes Rindu Order, Tiwi, tentu saja sangat terharu oleh sikap anak-anak KPJ yang menyambut ajakannya. "Mereka itu kan anak-anak yang sangat membutuhkan sejumlah dana untuk menghidupi anak istrinya dengan cara ngamen. Tapi lihat, rasa sosial mereka sungguh besar dan mendalam. Pada mereka saya belajar banyak akan arti solidaritas. Ketika kami tampil bersama tak ada yang dinamakan jarak si itu penyanyi terkenal, dan si ini bukan. Jarak itu hapus, lebur," papar Harry Roesli.
Ya, jarak itu memang lebur. Contohnya ketika Mamat salah seorang anak KPJ mau nyanyi, Harry Roesli, Doel Sumbang dan Franki juga Ully ramai-ramai mengiringinya dengan petikan gitar. Bahkan selain itu, tak segan-segan Harry Roesli pun kerap pegang mikrofon untuk Mamat. Jadinya, ya, acara ngamen itu sendiri jadi pertunjukan yang segar, sarat canda dan tawa. Salah satunya lagu yang diplesetkan Mamat itu berbunyi seperti ini: Itu saha anu nganggo acuk hideung/ Irung hideung/ Panon hideung/ Kuku hideung/ Huntu hideung/....// Satria Baja Hitam...//. Mendengar lirik lagu yang demikian, yang diplesetkan dari lagu Neng Geulis yang cukup populer di masyarakat Sunda khususnya, kontan membuat para penonton jadi ngikik, tertawa bahkan ada yang sampai kecing di celana. Lirik-lirik itu, diulang dengan variasi nada yang berbeda ketika dinyanyikan oleh Doel Sumbang, Franki, Harry dan Ully.

Hiburan murah
Menurut Ny. Sarifah Angriani ketika diminta pendapatnya di sekitar Jl. Dago, lepas dari gerakan amal yang dilakukan Harry Roesli dan kawan-kawan itu, kegiatan tersebut merupakan sebuah acara hiburan yang cukup murah, akrab, dan benar-benar komunikatif.
"Kalau kita menyaksikan pertunjukan di sebuah gedung pertunjukan, pasti kan ada jarak, entah itu jarak estetik, atau apalah namanya. Tapi ini kan tidak. Lihat saja, kita bisa tertawa bersama, nyanyi bersama. Adanya hiburan semacam ini, membuat Bandung benar-benar terasa hidup. Jadi saya sangat tidak setuju, kalau umpamanya, para pedagang kakilima yang bermunculan pada malam hari itu dihapuskan. Justru sebaliknya, pemerintah harus menghidupkannya," katanya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Rani Andriasari, salah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Bandung. Ia benar-benar merasa mendapat hiburan yang segar, dan tidak terduga. "Kalau boleh saya usul, Kang Harry Roesli mengadakan acara yang demikian itu tiap malam minggu, dengan artis yang berbeda. Semenit atau dua menit mereka bernyanyi, cukup menghibur," paparnya.
Ya, begitulah kalau Harry Roesli dan kawan-kawannya menyelenggarakan aksinya, memang kerap penuh kejutan dan tidak pernah bisa diduga.
Sekali lagi, Harry menyangkal kalau pihaknya melakukan hal yang demikian itu untuk mencari popularitas, karena popularitas itu hampa dan kerap lenyap dilindas waktu. Yang dilakukannya adalah semata demi rasa solidaritas dan kemanusiaan. Demikian juga yang dirasakan oleh Doel Sumbang, Ully, Franki, Tiwi Sakhuhachi, anak-anak KPJ seperti Suro, Ros Djarot, Rizal, serta beberapa personel lainnya dari anak-anak Teater Bel yang melakukan aksinya di jalan dengan pertunjukan jeprut. (Soni Farid Maulana/"PR")***

HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997


Republika, 01 Apr 1998
Seniman Manca Negara Ikut Bandung Peduli

BANDUNG -- Aksi Bandung Peduli yang dicetuskan seniman Bandung, mendapat respon dari seniman luar negeri. ''Di negaranya, mereka menyatakan ingin menggalang dana secara bersama untuk mengirit biaya transfer ke Indonesia,'' ujar Koordinator Bandung Peduli, penyair M. Ridlo Eisy, Senin (30/3).
Kegiatan Bandung Peduli, kata Ridlo, merupakan aksi yang dilakukan para seniman Bandung, yang kemudian mendapat dukungan dari masyarakat luas, termasuk pengusaha, wartawan, dan mahasiswa. Bandung Peduli, kata Ridlo merupakan aksi untuk meringankan beban masyarakat kecil yang terkena dampak akibat krisis ekonomi saat ini.
Pengumpulan dana, tak melulu dari kocek seniman ataupun pengusaha, melainkan juga dari mengamen. Aktor teater Iman Soleh, misalnya, mengamen di saat pembukaan pameran seni rupa wanita, dan berhasilkan mengumpulkan dana Rp 133 ribu.
Sementara, para aktivis Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB), mengadakan pentas kepedulian, dengan menampilkan musik balada, teater, pembacaan puisi, dan mengumpulkan dana sebesar Rp 620 ribu. Untuk tahap pertama, Ahad (29/3) lalu, sudah dibagikan 380 paket sembako. Masing-masing berisi 10 kg beras, 1 kg gula, 60 ml minyak goreng, mie instan 10 bungkus. Paket disebar ke masyarakat kecil antara lain di Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung.
Melihat aksi para seniman bandung ini, para seniman di AS, Australia, Jerman, dan Swedia, lantas tergerak hatinya. ''Kepedulian ini merupakan masalah nurani, sehingga mereka segera ikut menyatakan dukungan sebagai bentuk kerpihatinan mereka,'' ujar perupa Herry Dim.
Para seniman yang tercatat menawarkan diri menggalang dana di negara masing-masing, antra lain kelompok gamelan Sunda/Jawa di Santa Cruz, AS, seniman Australia, antropolog Jorgen Hellman dari Swedia, dan pakar musik Jerman Dieter Mark.
Dieter Mark yang sempat ikut menyaksikan persiapan aksi Bandung Peduli di rumah pemusik Harry Roesli, bahkan telah menyumbangkan sejumlah dana. Ia pun berjanji akan mengupayakan obat-obatan. ''Sumbangan mereka, akan kita salurkan pada aksi kedua nanti,'' ujar Herry.
Aksi ini, menurut Harry Roesli dilatari oleh pertanyaan nakal yang sering dilontarkan kepada seniman: Apa yang bisa diperbuat para seniman untuk membantu mengatasi gejolak ekonomi ini? Maka, jawabannya adalah berbuat dengan membantu mereka yang kesusahan. ''Kita tidak ingin menjadi sinterklas. Meski ini dbreikan gratis, niat kita hanyalah sekadar menyalurkan hak mereka, seperti halnya penyaluran zakat,'' jelas Ridlo Eisy.(:pry)***
------------------------------------------------------------
Hak Cipta © 1998 pada Harian Umum Republika.


"Bandung Peduli" Mulai Bagikan Bingkisan
Pikiran Rakyat, BANDUNG RAYA - SENIN, 30 MARET 1998

BANDUNG, (PR).- Gerakan amal "Bandung Peduli", Minggu lalu (29/3) membagikan 380 paket kepada para buruh korban pemutusan hubungan kerja (PHK) di Kampung Cangkuang, Desa Biru, Kec. Majalaya, penduduk termiskin di Kampung Patrol, Desa Haur Bugur, Kec. Rancaekek Kab. Bandung, serta beberapa wilayah di Dayeuhkolot dan Baleendah.
Setiap paket berisi 10 kg beras, 10 mi instan, 1 pak ikan asin, 1 kg gula pasir dan 620 mg minyak goreng. Paket dibagikan oleh Koordinator Moh. Ridlo 'Eisy, Harry Roesli, Perdana Alamsyah, Kania Roesli, Titi Perdana Alamsyah, dan Herry Dim.
Selain membagikan isi paket, gerakan amal "Bandung Peduli" juga menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan, yang dilakukan oleh Atlas Medical Pioneer dari Fakultas Kedokteran Unpad, Bandung.
Seluruh bantuan tahap pertama yang disalurkan gerakan amal "Bandung Peduli", menurut Moh. Ridlo 'Eisy, didapat dari para donatur kelompok ibu-ibu pengajian, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung (ITB, IKIP, Unpad, STSI), PMB, seniman dan wartawan di Bandung. Di antara seniman yang menyumbang untuk gerakan amal sosial, terdapat nama penyair Sutardji Calzoum Bachri, Motinggo Busye, pelukis Sunaryo, Krisna Murti, dan Heyi Ma'mun.
"Sumbangan yang terkumpul antara lain uang Rp 6 juta, beras 1,2 ton, dan bingkisan 100 bungkus. Baru sebagian sumbangan yang dibagikan. Sebagian lagi akan disalurkan pada paket tahap kedua, di daerah perkotaan dan korban banjir, seperti di Desa Sukamanah, Kec. Rancaekek. Pengumpulan data-datanya antara lain digarap oleh Yayasan Sidikara, serta berbagai kelompok mahasiswa yang tergabung dengan gerakan amal "Bandung Peduli".
"Dalam tahap kedua kalau tidak ada aral melintang, akan ada sumbangan dari seniman asing, yang bermukim di Amerika, Australia, Swedia dan Jerman. Gerakan amal yang kami lakukan ini untuk sementara waktu akan berjalan hingga satu tahun ke depan," jelasMoh. Ridlo 'Eisy.
Sejauh ini, yang bisa dilakukan "Bandung Peduli" baru menyampaikan sumbangan dari para dermawan. Selain menjadi media penghubung, "Bandung Peduli" akan membangun Pusat Informasi Krisis di Indonesia dalam internet dengan alamat homepage "Indonesia Hihglights" di http://www.borobudur.com/IH/ atau "Bandung Peduli" di http://www.fortunecity.com/boozers/crownanchor/350
"Bandung Peduli" juga menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang mempunyai komitmen sama, sekaligus mencoba kegiatan kewirausahaan kecil bagi yang memerlukan. Seluruh kegiatan "Bandung Peduli" menggunakan uang dari kantong pengurus, panitia dan simpatisan. Karena seluruh uang sumbangan 100% diserahkan kepada yang berhak.

20 perusahaan

Sementara itu, PT Daliatex Kusuma Dayeuhkolot juga memberikan paket bingkisan untuk kaum duafa di 15 RW Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.
Menurut Camat Dayeuhkolot, H. Juhana yang didampingi Kapolsek Dayeuhkolot, Lettu Pol. Edi SK, pembagian bingkisan tersebut merupakan yang kesekian kalinya dilakukan pengusaha di wilayahnya.
Dari 80 pengusaha pabrik di Dayeuhkolot, sekitar 20 perusahaan di antaranya telah memberikan paket cuma-cuma dan menggelar pasar murah.***

HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997


PMB Menggelar "Aku Cinta Rakyat"
Pikiran Rakyat, Sabtu, 21 Maret 1998

BANDUNG, (PR).- Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) kembali menggelar "Gerakan Aku Cinta Rakyat", Sabtu (21/3) mulai pukul 20.00 di halaman Sekretariat PMB Jl. Merdeka Bandung.

Acara yang terbuka untuk umum dan cuma-cuma tersebut akan dimeriahkan Herry Dim, Iman Soleh, Yan Hartland, Sony Farid Maulana, Teater Bel, Teater ASTI, Mikail Cahya, Dede Harris, KPJ Empiris, OK Rindu Order - GSST Unpad, kecapi suling dan acara spontanitas.

Selama acara berlangsung, panitia akan mengedarkan kencleng. Uang yang terkumpul akan dititipkan kepada posko "Bandung Peduli" untuk dipergunakan sebagai tambahan modal pengadaan sembako.***

HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997


Pentas PMB Hasilkan Rp 576.400,00
Pikiran Rakyat, Senin, 23 Maret 1998 - Halaman 3

BANDUNG (PR).- Pentas kepedulian sosial yang diselenggarakan Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) di Jl. Merdeka Bandung, Sabtu malam (21/3) berhasil menghimpun dana Rp 576.400,00. Dana tersebut selanjutnya disalurkan melalui gerakan aksi sosial "Bandung Peduli" di bawah koordinator Moh. Ridlo 'Eisy, Harry Roesli dan Herry Dim.
Pentas kepedulian sosial yang digelar di ruang terbuka dengan "payung gerimis" itu, antara lain menghadirkan pertunjukan teater dari Iman Soleh, Teater Bel, Teater STSI, musikus Dede Haris, KPJ Empiris, Orkes Keroncong Rindu Order. Selain itu ditampilkan pula pembacaan puisi oleh Soni Farid Maulana, Herry Dim, Asep Berlian dan M. Cahya.
Sejumlah karya yang digelar dalam kesempatan tersebut sarat dengan keluhan dan gugatan terhadap kondisi sosial politik, krisis ekonomi dan krisis moneter berkepanjangan, yang terasa memberatkan rakyat.
Para seniman pada hakikatnya menuntut kepada pemerintah untuk secepat mungkin menangani masalah krisis ekonomi dan moneter hingga tuntas. Salah satu alasannya adalah banyaknya rakyat kalangan bawah yang tidak mampu lagi membeli sembako. Selain itu, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) memberikan tanda tersendiri, yang harus segera dicari jalan pemecahannya. Kalau tidak, kemiskinan akan semakin marak di mana-mana.
Menurut Herry Dim, pengumpulan dana tersebut hanya salah satu cara kegiatan "Bandung Peduli", yang mendapat dukungan kalangan wartawan, seniman, dan mahasiswa. Hingga kini, dana yang terkumpul di posko "Bandung Peduli" sekitar Rp 5 juta. Belum termasuk beberapa ton beras, sumbangan dari pelukis Sunaryo, Krisna Murti, Jeihan Soekmantoro, penyair Agus R. Sardjono, dll.
Dana yang terkumpul akan segera didistribusikan kepada yang membutuhkan. Beberapa hari lalu, misalnya, Moh. Ridlo Eisy dan Kania Roesli (istri musikus Harry Roesli) turun ke lapangan, mendata beberapa tempat yang pantas diberi bantuan. Tempat yang didata, antara lain yang sering kena musibah banjir, baik di Kodya maupun di Kab. Bandung. "Ternyata mereka tidak hanya butuh makanan, tetapi juga obat-obatan," katanya.
Seperti dikatakan Moh. Ridlo 'Eisy, beberapa waktu lalu, aksi "Bandung Peduli" tidak bermuatan politik, dan tidak mengatasnamakan kekuatan partai politik mana pun. Aksi yang semula digagas para seniman Bandung itu, benar-benar bermuara pada masalah kemanusiaan atas kenyataan krisis ekonomi dan moneter yang terjadi saat ini.
"Dana yang terkumpul sepenuhnya digunakan untuk kepentingan sosial. Insya Allah pada tahap pertama akan berjalan selama satu tahun, dengan sasaran untuk sementara di sekitar Bandung," katanya.***

HAK CIPTA © PT PIKIRAN RAKYAT BANDUNG, 1997